Zawsze In Love
Oleh : Adib
Hafizh Pujabaladika
Terinspirasi
dari Manga Nisekoi Jepang
Malam
menghiasi Raku dengan tangan yang menggenggam sebuah liontin. Sedikit demi
sedikit ia terlelap oleh nyanyian malam1).
Tiba-tiba dari dalam benaknya muncul sesosok gadis cilik yang memberikannya
sebuah liontin dan memegang kunci dari liontin tersebut seraya berkata “ Zwasze
in Love”. Dan akhirnya sosok gadis cilik itu menghilang. Seketika itu pula Raku
terbangun dan termenung sejenak mengingat mimpi yang telah terjadi padanya, ia
berharap menemukan kekasih masa kecilnya dan menempati janjinya 10 tahun yang
lalu.
“Oh,
sial! Aku terlambat.” Gumam Raku terburu-buru. Ia hampir saja lupa bahwa hari
ini adalah hari upacara penerimaan siswa baru di sekolah barunya. Hari ini
bertepatan dengan 10 tahun ia berpisah dengan kekasih masa kecilnya yang pindah
rumah entah kemana. “Hey Raku... Cepat! Temanmu Haru sudah datang.” Teriak Ibu.
“Iya Bu, sebentar lagi. Suruh Haru menunggu sebentar.” Sahut Raku dari
kamarnya. Selang beberapa menit Raku dan Haru berangkat bersama ke sekolah.
Di
tengah perjalanan tiba-tiba ada seorang gadis berlarian dan menabrak Raku. “Hey
kalau jalan hati-hati donk.” Ucap Raku marah. “ seharusnya kamu yang
hati-hati.” Balas gadis itu sambil meninggalkan mereka berdua. “sepertinya aku
pernah bertemu dengan gadis itu, tapi entah dimana.” Kata Haru dengan tampang
sok tau. “ halah ayo lah ke sekolah, upacara hampir dimulai.” Jawab Raku.
Seusai
upacara penerimaan siswa baru, Haru dan Raku bergegas menuju kelas yang sudah
ditentukan guru. Mereka beruntung bisa sekelas lagi. Tak hanya itu mereka juga
sekelas dengan Onodera, teman gadis mereka dari sekolah menengah mereka dulu.
Onodera merupakan gadis cantik yang menyukai Raku semenjak sekolah menengah. “Hey...
wah, aku tak menyangka akan sekelas lagi dengan kalian, kuharap Raku akan lebih
bisa memperhatikan ku.” Ucap Onodera sambil tersenyum kepada Raku. “Hahaha...
Raku itu sudah mempunyai janji dengan kekasih masa kecilnya, mungkin kamu tak
akan pernah dianggap olehnya.” Balas Haru.
Bel
masuk telah berbunyi, Guru yang selaku sebagai wali kelas mulai mengabsen
murid-muridnya. Tiba-tiba masuk seorang gadis dengan terburu-buru ke kelas
tersebut. “maaf nona, bolehkah saya mengetahui mengapa anda terlambat?”tanya
guru tersebut. “ maaf Pak, saya murid pindahan, jadi saya belum mengetahui
daerah sini, saya...” belum sempat gadis itu menyelesaikan pembicaraannya Raku
langsung memotong pembicaraan itu. “hey! Bukankah kamu gadis yang menabrakku
tadi?” tanya Raku dengan menunjuk ke arah gadis itu. “hey! Enak aja kalau
ngomong, harusnya kamu yang hati-hati waktu itu.” Sahut gadis itu. “sudah
kalian berdua diam! Oh ya nona, sepertinya kalian berdua sudah saling kenal.
Jadi silahkan anda duduk di bangku sebelah Raku.” Kata Guru. Gadis itu pun
pergi dan duduk di samping Raku. “oh iya, namamu Raku ya? Salam kenal, namaku
Chitanda Eru. Maaf atas kelakuanku tadi.” Ucap Eru sambil tersenyum. “ oh iya,
salam kenal juga.” Jawab Raku terkejut. Tiba-tiba Raku yang tengah memandangi senyum
Eru, ia terkejut karena ia melihat sebuah kunci kuno yang menggantung pada
leher Eru. Kembali Raku termakan oleh lamunan akan 10 tahun yang lalu.
Tiba-tiba
bel pulang berbunyi, Raku akhirnya tersadar dari lamunannya. “Woy! Jangan
ngelamun aja. Ngomong-ngomong, Eru cantik juga ya? Mungkin dia adalah kekasih
masa kecilmu yang pernah kamu ceritakan padaku dulu?” canda Haru pada Raku.
Dalam perjalanan pulang Raku masih saja membayangkan kunci kuno yang
menggantung di leher Eru. “mungkin aku hanya setitik
tinta di kertas2), begitu kecilnya hingga tak dapat kutemukan
janjiku.”gumam Raku dalam hati. “hey Raku, sedang apa kamu sendirian? Kenapa
kamu tidak pulang dengan Haru?” sapa Onodera pada Raku. “oh kamu, Haru sedang
pergi ke toko bangunan katanya.” Jawab Raku. “ hmm, apakah kamu tadi sedang
melamun?”tanya Onodera membungkuk melihat wajah Raku. “enggak kok.”balas Raku
sambil melihat ke arah Onodera. Namun Raku terkejut karena pada saat itu ia
melihat kunci yang menggantung di leher Onodera. Seketika itu pula Raku
langsung bertanya pada Onodera kalung apa yang sedang dia pakai. Onodera pun
menjawab bahwa kalung yang ia pakai pemberian dari anak laki-laki dulu sewaktu
kecilnya. Tanpa pikir panjang, Raku lagsung bergegas pulang. Onodera yang
sedang duduk di samping Raku tadinya, hanya bisa diam dan menatap kekecewaan
atas kepergian Raku yang begitu saja meninggalkannya tanpa berucap sepatah
katapun.
Setelah
kejadian yang ia alami hari ini, Raku merasa bahwa kekasih masa kecil yang ia
cari semakin dekat. Tetapi yang membuat ia heran dan bingung adalah Onodera,
kenapa Raku baru mengetahui kalau dia juga memiliki kunci itu, padahal sejak
sekolah menengah Onodera tidak pernah memakai kalung kunci itu. Namun gadis
pindahan itu, Eru, seperti tidak asing bagi Raku, senyumnya, dan ya kunci itu,
dia memakainya. Ntah itu hanya kebetulan atau takdir Raku menemukan kekasih
masa kecilnya yang ia cari selama ini.
Detik, menit, jam3), Raku lakukan hanya
untuk memikirkan gadis pemilik kunci liontin yang dipakai oleh kekasih masa
kecilnya. Tak terasa hari itu telah larut dan Raku pun tak sadar tertidur
lelap, otaknya lelah memikirkan gadis itu. Namun, masih belum ada titik temu
dari permasalahan yang mengguncang hatinya4).
Dalam tidurnya, ia mendapat bunga tidur yang sama5)
seperti waktu itu. Namun, sekarang seakan semakin kuat dan jelas bayangan gadis
itu. Tetapi, lagi-lagi, mimpi itu buyar ketika alarm jam telah berdering . Pukul 06.00 pagi6) menunjukkan Raku harus
bangun dan segera pergi ke sekolah. Dalam benaknya,ia berpikir tentang Eru,
tanpa mengulur waktu ia mencoba mendekatinya dan menanyakan darimana Eru
mendapat kunci itu.
Di
sekolah, Raku menunggu kedatangan Eru. Namun, masih belum
terlihat batang hidungnya7), yang terlihat hanyalah Onodera
yang tiba-tiba nenuju Raku. “hey Raku, kemaren kamu kenapa terburu-buru? Apa
ada sesuatu yang terjadi?” tanya Onodera. “Ah, tidak.” Jawab Raku singkat. “aku
lihat kamu seperti orang kebingungan, coba katakan jika kamu ingin berbagi
cerita kepadaku.” Kata Onodera. Tiba-tiba, muncul Eru yang baru datang. Sontak
Raku berdiri dan memanggil Eru tanpa menghiraukan kata-kata Onodera. Wajah
Onodera mengerut dan meninggalkan Raku, namun raku tetap tidak
memperdulikannya. Yang Raku lihat hanyalah eru dimatanya. Dengan berharap
pasti, Raku pun mencari celah waktu untuk menanyakan tentang kunci itu. Namun,
sang waktu telah menggagalkan rencananya karena bel masuk telah berbunyi. Raku
yang saat itu akhirnya terpaksa menunda pertanyaan yang akan dia tanyakan
kepada Eru.
Ntah
kebetulan lagi atau dewi keberuntungan sedang berpihak
pada Raku8). Kali ini pelajaran bahasa tentang perkenalan
diri pada teman-teman di kelas. Saat giliran Eru maju do depan kelas dan
menceritakan kehidupannya, Eru sempat menceritakan tentang kunci nya. Tiba-tiba
Raku bertanya pada Eru dari mana dia mendapat kunci itu dan Eru menjawab bahwa
kunci itu dari kekasih masa kecilnya yang ntah kemana perginya. Dan alasan Eru
kembali ke Jepang selain ikut orang tuanya, dia juga mencari kekasihnya dan
membuktikan janji yang telah diucapkan kekasihnya itu. Pandangan Raku terhadap
Eru terasa semakin yakin bahwa Eru benar-benar gadis yang ia cari. Namun, Raku
yang tak sengaja menoleh ke Haru melihat di sebelah Haru, Onodera, yang sedang
memegang kunci miliknya. Perasaan bimbang seakan
menghantui hati Raku lagi9).
Tak
terasa pelajaran telah usai, bel pulang pun sudah berbunyi, Raku memutuskan
untuk mengajak Eru dan Onodera membuktikan siapakah gadis yang dimaksud Raku
dalam mimpinya. Tanpa basa basi, di atap gedung sekolah, “Eru, onodera, aku
mengajak kalian kesini adalah aku ingin tahu siapa kalian sebenarnya. Kenapa
kalian sama-sama memakai kunci?” tanya Raku pada kedua gadis itu. “Raku, apakah
tidak kamu tahu bahwa orang yang kamu cari adalah aku. Kita sudah sering
bersama di sekolah menengah. Apa kamu tidak menyadarinya?” jawab Onodera. Eru
yang ada disitu hanya diam dan menunggu Raku. Raku yang menyadari hal itu,
tanpa basa basi akhirnya mengusulkan untuk mencoba kunci mereka ke liontin
milik Raku. Pertama ia coba pada Onodera, namun kuncinya tidak bisa masuk di
lubang liontin. “kenapa kuncinya tidak bisa masuk?” tanya Raku. Onodera
tiba-tiba menundukkan kepala dan meminta maaf pada Raku bahwa ia tidak
bermaksud untuk berbohong padanya, tetapi dia sangat menyukai Raku. Raku hanya
diam dan ia semakin yakin bahwa Eru adalah kekasih masa kecilnya. Namun, ketika
Raku mencoba kunci Eru, tak disangka kunci Eru patah dan Raku terkejut. Lalu,
Eru yang bingung langsung meminta maaf pada Raku. “maafkan aku Raku, aku
sungguh tak berbohong. Yang aku ingat hanyalah kata Zawsze in love.” Eru
langsung meninggalkan Raku sambil menahan tangis. Raku yang mendengar kata
“Zawsze In Love”, tiba-tiba terbayang akan sosok gadis kecil di mimpinya.
Sontak Raku sadar dan mengejar Eru. Onodera yang ditinggal sendiri oleh Raku,
tiba-tiba Haru datang “ kenapa harus membohongi takdir mereka? Dan kenapa harus
mencintai orang yang tidak mencintaimu, sedangkan ada seseorang yang lebih
mencintaimu. Sudahlah, masih ada aku yang selalu di sampingmu.” Kata Haru
sambil mengelus rambut Onodera. Onodera terkejut dan pipinya
memerah bagai apel fuji10).
Keesokan
harinya, Eru dan Haru pergi memperbaiki kunci milik Eru. Setelah kunci tersebut
selesai, mereka berdua langsung mencobanya dan terbukalah liontin Raku.
Ternyata isi liontin itu adalah foto-foto mereka berdua sewaktu kecil dulu. Dan
Onodera yang merasa gagal mendapat cinta Raku, akhirnya menemukan cinta
sejatinya, Haru, teman Raku, yang ternyata menyukai Onodera sejak masih duduk
di sekolah menengah. Namun karena obsesi Onodera terhadap Raku membuat Haru
untuk memendam perasaannya. Onodera yang mengetahui hal tiu, meminta maaf pada
Haru karena tidak bisa merasakan perasaan orang lain yang lebih mencintainya.
Akhirnya,
Eru dan Raku bisa bersama lagi dan bisa membuktikan janji yang telah mereka
ikrarkan di masa kecil. Takdir yang mempertemukan mereka dan mereka percaya
pada takdir sehingga mereka kini bisa bersama kembali.
ConversionConversion EmoticonEmoticon