komik Jesus and Mo mengundang kontroversi


Sebuah komik elektronik yang menggambarkan percakapan antara dua nabi besar, Muhammad dan Yesus, di situs www.jesusandmo.net menimbulkan kontroversi. Wikipedia mencatat bahwa komik yang dibuat oleh sebuah akun pseudonim, Mohammed Jones ini diterbitkan setiap dua kali seminggu sejak 2005.
Komik ini memiliki empat karakter, yaitu Jesus (Yesus), Mo (Muhammad), Moses (Musa), dan Barmaid (pelayan bar). Jesus dan Mo digambarkan saling berbagi tempat tinggal, tempat tidur, bahkan bak mandi.
Jesus dan Mo berada dalam percakapan mengenai masalah-masalah di dunia, terutama mengenai masalah-masalah agama, konflik berbasis agama, atau skandal-skandal yang sering dituduhkan pada Yesus dan Muhammad.
Percakapan yang diangkat misalnya pertanyaan peristiwa kebangkitan Yesus, hubungan Yesus dengan Maria Magdalena, hubungan Muhammad dan Aisha yang berusia 9 tahun, atau lelucon mengenai Osama bin Laden yang menghubungi Mo melalui telepon.
Berbagai perdebatan mengiringi perjalanan komik ini sejak 2005. Dan baru-baru ini, beberapa orang tersandung masalah akibat komik ini.
Dua orang mahasiswa ateis the London School of Economics (LSE) dipaksa menutup kaus mereka yang menggambarkan percakapan antara Jesus dan Mo. Kedua mahasiswa tersebut, Abishek Phadnis dan Chris Moos,  sempat diancam akan diusir dari Students’ Union Freshers’ Fair pada Oktober 2013.
Namun Huffingtonpost.com pada Senin (20/1) melaporkan bahwa LSE menyatakan permohonan maafnya pada kedua mahasiswa tersebut setelah Richard Dawkins (seorang ateis terkenal) mengecam kampus tersebut.
Seorang aktivis anti-ekstremis, Maajid Nawaz, turut tersandung masalah karena komik tersebut. Ia dituntut untuk turun dari jabatannya di the Liberal Democrat Prospective Parliamentary oleh Mohammed Shafiq dari the Ramadhan Foundation.
Tuntutan ini muncul setelah Nawaz berkicau di akun twitter miliknya pada Minggu (12/1). Ia mengatakan bahwa sebagai seorang Muslim, ia tidak merasa terancam dengan keberadaan komik ini. Namun saat ini di www.change.org (sebuah wadah petisi dunia) muncul petisi dukungan terhadap untuk Nawaz.
Stephen Evans, manajer kampanye National Secular Society (Masyarakat Sekuler Nasional) mengatakan, “Ada sesuatu yang sangat mengganggu mengenai pembatasan kebebasan berbicara di kampus-kampus hanya karena ada yang merasa tersinggung.”
Menurutnya, merasa tersinggung merupakan harga yang harus dibayar jika ingin hidup di dunia yang merdeka dan terbuka.
“Jika agama apa pun tidak bersedia untuk perdebatan terbuka, maka sesungguhnya kita berada pada situasi yang sangat berbahaya,” ujarnya
Previous
Next Post »
Dilarang memberikan alamat atau link aktif.Terima kasih komentarnya